top of page
Search
  • Writer's pictureArtana Diva Syabilla

Analisis Dongeng "The Dead Moon" Menggunakan Teori Skema Aktansia dan Fungsional oleh A. J. Greimas

Tiba-tiba teringat tugas semester 5, dimana salah satu dosen bidadari yang baik hati dan lemah lembut menginspirasiku. Semoga sudah ditempatkan di sisi terbaik-Nya, saya dan teman-teman kelas Sastra'17 akan selalu merindukan Madame. :'(

By the way, ini adalah tugas kelas Formalisme dan Strukturalisme, kemungkinan dibuat sekitar tahun 2019.


I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Analisis

Dongeng merupakan salah satu bentuk dari karya sastra yang menceritakan tentang suatu hal yang mustahil terjadi dan diceritakan turun-temurun (Zaidan, 2004:206). Dongeng, pada umumnya, dituturkan melalui mulut ke mulut oleh para pendahulu atau nenek moyang, yang kemudian diabadikan dalam tulisan yang memiliki amanat atau pesan tersembunyi dan bersifat menghibur. Dalam dongeng, terdapat unsur-unsur yang dapat membangun jalannya cerita dongeng yang relatif memiliki alur cepat dan tidak terlalu kompleks sehingga para tokohnya tidak terlalu dijelaskan secara rinci.

Pada pembahasan kali ini, penulis akan mengkaji The Dead Moon, dongeng yang ditulis oleh Joseph Jacobs, yang bercerita tentang pada zaman dahulu, bulan pernah hampir mati oleh kegelapan dan hal-hal jahat yang muncul di kegelapan, sehingga manusia merasa kegelapan di malam hari dan pada akhirnya manusia dapat mengembalikan bulan untuk bersinar kembali. Dongeng ini termasuk pada mite dikarenakan menceritakan tentang hal-hal mistis dan berkaitan dengan hal-hal gaib. Dongeng ini sangat menarik dikarenakan oleh alurnya yang tidak terduga, sehingga menjadikan cerita di dalamnya menjadi unik dan sarat akan amanat.


1.2 Tujuan Analisis

Tujuan dari analisa karya sastra ini adalah untuk mendalami peran dan tindakan dari setiap tokoh di dalam dongeng The Dead Moon melalui analisa skema aktansia dan skema fungsional. Selain itu, tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui relasi atau hubungan dari setiap karakter yang terlibat.


1.3 Cakupan Analisis

Terdapat satu tokoh strukturalis sebagai landasan teori dari analisa dongeng ini yaitu teori A. J. Greimas. Oleh karena itu, terdapat dua cakupan dalam analisa karya sastra ini yaitu teori skema aktansia dan teori skema fungsional.


II. Landasan Teori

Strukturalisme mulai berkembang di Prancis pada tahun 1950 dengan tokoh pencetusnya yaitu Ferdinand Saussure. Strukturalisme pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan teori yang sudah berkembang sebelumnya yaitu teori Formalisme di Rusia. Pada mulanya, strukturalisme sendiri berkembang di bidang arsitektur, namun pada tahun 1960 semakin berkembang menjadi dasar pemikiran disiplin ilmu yang lain, seperti antropologi, filsafat, dan psikoanalisis. Strukturalisme sendiri merupakan analisa suatu variabel, dalam hal ini merupakan karya sastra terutama dongeng jenis mite, berdasarkan struktur atau unsur yang membangun cerita tersebut Junus, (1990:1).

Dalam dongeng, menurut Propp (dalam Ratna, 2006:132), tokoh atau karakter selalu memiliki peran yang berbeda dengan sifat cerita yang berbeda pula, namun struktur dasar dalam cerita tersebut akan sama. Hal inilah yang kemudian disebut dengan fungsi dari aksi-aksi para tokoh yang dapat dianalisa dari unsur-unsur mikroteks seperti dialog, alur, dan unsur-unsur intrinsik lainnya menurut Hartoko dan Rahmanto (dalam Nurgiyanto, 2005:38). Beberapa tokoh mengembangkan teori dasar analisis secara struktural Propp ini, salah satu contohnya adalah A. J. Greimas yang lebih menekankan pada skema aktansia dan skema fungsional.

Menurut Suwondo (dalam Jabrohim, 1996:11), Propp memiliki 31 fungsi yang dapat menentukan 7 spheres of actions yang berupa pahlawan, penjahat, donor, penolong, perantara, pahlawan palsu dan puteri dan ayahnya. Sementara, Greimas mengubah teori tersebut menjadi teori aktansia yang berupa tiga pasang oposisi biner yang berupa enam aktan yaitu (1) Subjek vs Objek, (2) Pengirim vs Penerima, dan (3) Penolong vs Penentang. Penjelasan singkat dari enam aktan ini berupa seorang tokoh (subjek) yang menginginkan sesuatu (objek) berdasarkan suatu faktor tertentu (pengirim), yang biasanya akan didukung (penolong) atau malah ditentang (penentang) supaya mencapai tujuannya (penerima).


2.1 Skema Aktansia

Skema aktansia merupakan cara analisa strukturalisme terhadap suatu tokoh yang ternyata dapat memiliki beberapa peran sekaligus menurut Greimas (dalam Jabrohim, 1996:12-13) dengan cara menganalisa suatu tindakan yang berasal dari tokoh atau suatu benda tersebut. Skema aktansia ini berupa suatu skema yang dapat menentukan alur dari ketiga pasang oposisi biner tersebut ditandai dengan enam aktan yang diberi tanda panah yang menunjukkan fungsi sintaksisnya dan hubungannya satu sama lain.


2.2 Skema Fungsional

Skema ini menekankan pada setiap alur atau aksi pada cerita relatif mutlak, namun pelaku merupakan hal yang relatif berdasarkan teori strukturalisme Greimas (dalam Jabrohim, 1996:16). Terdapat tiga tahap dalam skema fungsional ini, yaitu situasi awal, transformasi yang terdiri dari tiga bagian yang diantaranya adalah (1) tahap kecakapan, (2) tahap utama, dan (3) tahap kegemilangan, dan tahap yang terakhir adalah situasi akhir. Situasi awal berupa keadaan awal cerita tersebut dan unsur-unsur yang mendukung tokoh untuk melakukan sesuatu, tahap transformatif merupakan usaha-usaha tokoh untuk mencapainya, situasi akhir adalah hasil dari usaha tokoh tersebut. Skema fungsional berupa tabel yang terbagi oleh lima kubu yang masing-masing diisi oleh kelima tahap tersebut.


III. Temuan & Pembahasan

Terdapat beberapa tokoh yaitu Sang Bulan, seorang Pemuda, Monster (atau disebut juga sebagai makhluk mistis, hantu, dan kegelapan dalam cerita The Dead Moon berupa penyihir, makhluk berlendir, lumpur hidup, pohon bergerak, hantu, tengkorak, mata-mata horror di dalam hutan, dan suara-suara berbisik), seorang Nenek Tua, dan para warga desa. Dalam pelaksanaannya, fungsi atau peran dari berbagai tokoh ini berbeda-beda sehingga menghasilkan skema yang berbeda pula.


3.1 Analisa secara Skema Aktansia

Dalam skema aktansia, setiap karakter dalam cerita ini dapat memiliki berbagai skemanya tersendiri dengan aksi yang berbeda-beda berdasarkan urutan kejadian atau sequences, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

Peran Sang Bulan

Dalam skema pertama, Sang Bulan sebagai subjek yang ingin mencapai tujuannya yaitu menyelamatkan Warga Desa, sebagai penerima, dari Monster Kegelapan yang berperan sebagai penentang. Dikarenakan Sang Bulan memiliki rambut yang bersinar sebagai penolongnya, maka tujuannya dapat tercapai walau dalam aksi awalnya ia sempat gagal melawan Monster Kegelapan dan justru terkubur di dalam kegelapan. Uniknya, skema ini dapat muncul dua kali, yang pertama, di awal cerita saat Sang Bulan akan turun ke bumi namun ternyata ia terjebak dalam kegelapan dan terkubur hidup-hidup, dan yang kedua ketika Sang Bulan ingin membalas kebaikan warga desa yang membantunya untuk lepas dari cengkraman Monster Kegelapan di rawa-rawa.

Peran Pemuda

Dalam skema kedua, terdapat seorang pemuda yang tersesat di hutan yang sangat gelap tanpa adanya cahaya dari Sang Bulan, sehingga ia menangis karena ketakutan. Ia ingin pulang ke rumah (pengirim; yang mendorongnya untuk melewati hutan itu), namun sayangnya ia tersesat dikarenakan kegelapan sebagai oposisinya. Tidak disangka, Sang Bulan pada saat yang sama sedang berjuang melawan Monster Kegelapan yang berusaha menangkapnya dapat membantunya dengan ketidaksengajaan menyingkap tudungnya yang menyebabkan sinar dari rambutnya membuat Monster Kegelapan pergi. Pada akhirnya, Sang Pemuda lolos dari kesesatan Monster Kegelapan dan nantinya akan membantu Sang Nenek untuk menginfokan keberadaan Sang Bulan.

Peran Sang Bulan

Jika dianalisa melalui sudut pandang Sang Bulan, maka akan terjadi skema aktansia yang lain berikut peran yang lain juga. Walaupun sama-sama melibatkan Sang Bulan dan si Pemuda, hal yang membedakan adalah subjek, objek, dan pengirimnya. Dalam sudut pandang ini, Sang Bulan-lah yang menjadi subjek yang bertujuan untuk membantu si Pemuda lolos dari kegelapan hutan ini, dengan tidak sengaja menyingkap tudungnya yang ia gunakan untuk menutupi sinar rambutnya. Hal yang membuat Sang Bulan melakukan itu adalah di kala ia sedang berjuang lepas dari jeratan kegelapan, ia mendengar tangisan putus asa dari pemuda tersebut dikarenakan ketakutan berada di hutan gelap dengan berbagai Monster Kegelapan yang siap membunuhnya kapan saja.

Peran Warga Desa

Setelah warga desa merasa kegelapan dan ketakutan dikarenakan hilangnya Sang Bulan yang biasa menerangi malam mereka, akhirnya warga desa, sebagai subjek bertanya-tanya kemana Sang Bulan Pergi. Mereka mulai bertanya pada seorang Nenek yang dianggap bijak dan sakti, sebagai penolong, yang kemungkinan mengetahui dimana Sang Bulan berada. Aksi tersebut didorong oleh adanya kegelapan yang menyelimuti sekaligus menjadi penentang mereka dalam berkegiatan di malam hari. Kegelapan ini sudah mencapai pemukiman mereka, sehingga Monster Kegelapan mulai mengganggu dan membunuh warga desa yang polos satu persatu di malam hari. Tujuan mereka hanya satu, yaitu keselamatan mereka dan juga penerangan supaya para monster dan kegelapan ini pergi dengan adanya kehadiran Sang Bulan sebagai penolong utama mereka.

Peran Sang Nenek

Dalam bagan ini, Sang Nenek yang bijak dan sakti pun turut andil dan dapat dianalisa dengan skema aktansia. Sebelumnya, dikarenakan kegelapan yang telah menyelimuti dan hilangnya keberadaan Bulan selama berminggu-minggu, maka Warga Desa sebagai acuan Nenek untuk mencari keberadaan Sang Bulan yang juga merupakan objek. Pada mulanya, dikarenakan kegelapan, Sang Nenek tidak dapat menggunakan kesaktiannya setelah ia mencoba mencari keberadaan Sang Bulan melalui kaca ajaib, mangkuk berisi air, maupun benda-benda magis milik sang Nenek. Namun, Sang Nenek tidak putus asa dan terus mencarinya sembari mencari info melalui warga desa dengan harapan salah satu dari mereka pernah bertemu dengan Sang Bulan sebelum ia hilang.

Pada suatu hari, datanglah seorang Pemuda, yang ternyata adalah pemuda yang berminggu-minggu lalu tersesat di hutan dan ditolong oleh Sang Bulan, untuk bersaksi bahwa ia melihat Sang Bulan terkubur hidup-hidup di hutan dekat rawa-rawa. Pemuda ini kemudian berperan sebagai penolong dari sang Nenek dikarenakan, setelah pengakuannya tersebut, Sang Nenek dapat melihat secercah kecil sinar dari Sang Bulan yang terkubur oleh kegelapan.

Peran Warga Desa

Setelah mengetahui informasi mengenai keberadaan Sang Bulan (sebagai pengirim), maka Warga Desa pun ingin menyelamatkan Sang Bulan dari Monster Kegelapan yang ternyata menguburnya hidup-hidup. Oleh karena itu, Sang Nenek sempat berpesan bahwa Warga Desa harus menyimpan batu kecil di dalam mulutnya supaya tidak bersuara, karena suara akan memancing kegelapan untuk membunuh warga desa, dan tongkat dari pohon kacang supaya mereka dapat dikenali satu sama lain dan berfungsi sebagai penghalau monster tersebut untuk mendekat.

Sesampainya di hutan, para Warga Desa mulai mencari-cari keberadaan Sang Bulan. Ketika sudah berada jauh di dalamnya, mereka melihat secercah sinar kecil yang berasal dari lilin, yang lagi-lagi berfungsi sebagai penolong mereka. Setelah mencari di sekitar cahaya tersebut, ditemukanlah Sang Bulan dalam keadaan sangat lemas tak berdaya, dan sinarnya yang layu dikarenakan berminggu-minggu terpasung kegelapan. Seketika, warga desa menyelamatkan Sang Bulan sehingga Sang Bulan dapat bersinar terang seperti semula. Lalu, nasib Monster Kegelapan setelah Sang Bulan kembali ke langit adalah mereka selamanya bersembunyi. Dalam bagan 7 akan dijelaskan motif dari kemunculan Monster jahat.

Peran Monster Kegelapan

Sebagai oposisi dari karakter lainnya di dongeng ini, Monster Kegelapan dan kemunculannya memiliki tujuan untuk mendominasi makhluk bumi dikarenakan selama ini mereka hanya bersembunyi karena kalah dengan sinar atau cahaya dari rambut Sang Bulan. Hal ini kemudian terwujud saat Sang Bulan turun ke bumi kemudian tertangkap olehnya, sehingga kemenangan dan kejayaan Monster Kegelapan atas Sang Bulan ini dapat terlaksana, walaupun tidak lama setelahnya Sang Bulan berhasil lolos berkat bantuan dari warga Desa yang ketakutan. Pada akhirnya, Monster Kegelapan kalah dari Sang Bulan, dan tidak akan pernah memiliki kesempatan lagi karena Sang Bulan akan terus bersinar terang.

3.2 Analisa secara Skema Fungsional

Bila dianalisa melalui Skema Fungsional, yaitu berdasarkan alur dan urutan peristiwa, maka akan terbentuk bagan seperti ini:

  • Situasi Awal: Kedatangan Sang Bulan ke Bumi untuk menolong warga bumi dan desa.

  • Transformasi:

1. Keterpurukan Sang Bulan ketika berhasil ditangkap oleh Monster Kegelapan. 2. Keberadaan Sang Bulan yang dicari oleh seluruh Warga Desa karena Monster Kegelapan menyerang mereka. 3. Aksi menolong Sang Bulan oleh Warga Desa.

  • Situasi Akhir: Kejayaan Warga Desa dan Sang Bulan setelah mengalahkan Monster Kegelapan.

Situasi awal dari dongeng ini digambarkan oleh kedatangan Sang Bulan yang turun ke bumi untuk menolong warga desa dari kegelapan. Konflik mulai muncul ketika Sang Bulan, yang menyamar dan menutupi identitasnya dengan menggunakan tudung hitam, tersandung akar pohon yang menyebabkan ia mulai terkubur oleh kegelapan dan dikelilingi para monster. Tahap kecakapan ini juga ditandai dengan kemunculan si Pemuda yang penakut yang berhasil lolos dari kegelapan hutan tersebut yang dibantu oleh cahaya dari rambut Sang Bulan akibat tudungnya tersibak, tepat sebelum akhirnya monster tersebut muncul kembali saat tudung sang Bulan menutupi rambutnya lagi.

Tahap puncak atau klimaksnya ditandai dengan penyerangan Monster Kegelapan terhadap warga sekitar yang mengakibatkan pembunuhan dan kerugian yang mendalam. Hal itu memicu mereka untuk mencari keberadaan Sang Bulan yang hilang secara tidak wajar. Berbekal informasi dari si Pemuda yang penakut dan barang-barang Nenek, warga Desa mencari resolusi dari permasalahannya, atau bisa disebut tahap kegemilangan, dengan cara masuk ke jantung hutan dan menyelamatkan Sang Bulan. Situasi akhir digambarkan sebagai kemenangan karena Sang Bulan terselamatkan dan dapat bersinar lagi.


IV. Kesimpulan dan Saran

Dongeng The Dead Moon sangat memiliki banyak sekali fungsi aktansia dan memiliki alur yang menarik dan akhir bahagia, yang dikaji melalui skema fungsional. Karakter dari dongeng ini cenderung kuat dan berpengaruh karena memiliki setidaknya satu peran berbeda berdasarkan urutan peristiwa. Maka, terbukti bahwa dongeng selalu memiliki aksi yang mutlak dengan pelaku yang berbeda. Oleh karena itu, studi lebih lanjut mengenai dongeng ini dari segi teori Propp atau tokoh Strukturalis lain sangat dianjurkan.

Bibliografi

Crossley-Holland, Kevin. (1991). The Dead Moon: And Other Tales from East Anglia and the Fen Country. Andre Deustch Ltd. ISBN 978-0233985725.

Jabrohim, Jabrohim. (1996). Pasar dalam Perspektif Greimas. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.

Nurgiyanto, Burhan (2007). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Hutha. (2004). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwondo, Tirto. (1994). Analisis Struktural Danawasari Putri Raksasa: Penerapan Teori A. J. Greimas. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa.

Zaidan, Abdul Rozak dkk, (2004). Kamus Istilah Sastra hal.206. Jakarta: Balai Pustaka.

21 views0 comments

Recent Posts

See All
Post: Blog2_Post
bottom of page