top of page
Search
  • Writer's pictureArtana Diva Syabilla

Stream of Consciousness



Di malam yang sunyi ini, ketika mungkin sebagian orang terlelap atau malah sedang bercengkrama dengan handphone atau orang terdekatnya, aku mau berbagi sesuatu yang telah aku pelajari di semester 5 dan ternyata memiliki kaitan dengan satu hal yang sangat mengganggu dan bising di otak ini.


Zaman semakin maju; semua mengalami perkembangan dan perubahan. Para filsuf-filsuf juga cendikiawan maupun ilmuwan membagikan ide-idenya yang akhirnya menjadi sesuatu yang kita percayai, yang berubah menjadi ideologi. Namun, dari sepertinya dari semua ideologi tersebut masih banyak orang-orang yang mencari tempat pijakannya, contohnya aku. Mungkin sebagian dari kalian tidak tahu bahwa aku sedikit parno akan hal-hal yang akan terjadi, dan terkadang suara-suara di otakku sangat vokal dan bila aku sedang tidak berkegiatan.


Mungkin bukan cuma aku, tapi kalian juga mengalami itu.

Dan itu wajar, bukan suatu hal yang harus kalian takuti.


Lantas, apa hubungan semua ini dengan topik yang akan kubawakan?


Stream of consciousness mulai populer setelah William James mengatakan di bukunya yang berjudul The Principles of Psychology bahwa sebenarnya isi dari pemikiran di otak kita adalah aliran-aliran pikiran yang tidak teratur dan mengalir secara natural; sama seperti aliran air pada sungai. (James 1890:293). Hal ini adalah wajar, karena semua manusia pun turut merasakannya termasuk aku. Hal yang dapat menjadi contoh adalah ketika kita ingin tidur, namun masih belum terlalu mengantuk. Pikiran kita akan mengembara ke suatu kejadian atau hanya sekedar memikirkan orang yang kita kenal, entah itu baru saja terjadi tadi, dua tahun yang lalu, atau mungkin mengira-ngira kejadian yang akan datang. Pikiran tersebut tidak disadari, tidak saling terkait satu sama lain, dan datang secara tiba-tiba. Hal ini sebetulnya berkaitan dengan studi neuropsikologi atau hubungan antara fenomena-fenomena yang terjadi pada otak dengan kondisi psikologis kita saat itu.





Setelah teori tersebut menjadi populer, banyak sekali sastrawan yang menuangkan hal ini dalam karyanya. Seperti yang kita ketahui, sastrawan tidak pernah terikat dengan batasan-batasan ide maupun aturan tata bahasa dan lainnya. Begitupun dengan seniman, mereka bisa kapan saja menuangkan idenya ke dalam karyanya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memanglah memiliki arus pemikiran yang tidak beraturan, secara tidak sadar. Otak kita menyimpan memori-memori yang sangat banyak, dan hebatnya, terkadang secara detail. Terkadang memori ini merupakan hal-hal yang membahagiakan, memalukan, atau bisa jadi menyakitkan.


Oh iya, cirinya kalau di karya sastra adalah ketidakjelasan plot. Mungkin beberapa dari pembacaku pernah baca novel tapi alurnya bukan lagi campuran, malah cenderung nggak jelas. Bisa jadi penulis novel tersebut emang mengadaptasi stream of consciousness dalam pembuatan novelnya. Seperti pada novel Ms. Dalloway-nya Virginia Woolf, kamu akan menemukan banyak aliran pikiran tokoh utamanya yang tidak jelas dan tidak berurutan sehingga membuat dahimu terkenyit dan otakmu terasa lebih terbebani dibanding saat membaca novel lainnya.


Tentu, stream of consciousness adalah hal yang sulit dijelaskan, sulit dipahami, dan sulit dihindari. Tapi ada satu cara yang diyakini dapat 'mengurangi' derasnya aliran pemikiran ini dan ternyata sudah dipraktikkan oleh para Biksu sejak dahulu kala! Ya, mereka sangat suka bertapa. Tentu, saat bertapa kita tidak hanya duduk rapi sambil memejamkan mata. Namun, mereka yang menerapkan kegiatan ini akan mengasingkan diri dari kebisingan dunia dan fokus terhadap sesuatu yang menjadi tujuannya. Saat ini, marak beredar kegiatan serupa yang disebut sebagai Mindfullness dan sering kali diterapkan oleh seseorang untuk lebih 'sadar' terhadap apa yang ada di sekitarnya. (Untuk bahasan Mindfullness ini akan aku coba jelaskan setelah setidaknya aku baca 1 buku mengenai ini, ya!)


Untuk itu, jangan panik maupun risau terhadap pikiran abstrak yang lewat di otakmu. Hal itu wajar, kecuali itu sudah sangat mengganggumu. Kamu bisa hubungi psikolog terdekat atau mungkin temanmu yang paling kamu percaya untuk diajak membahas mengenai pikiran-pikiranmu ini.


Atau, sepertiku sekarang yang aliran pikirannya sedang sangat deras, sehingga kutuangkan dalam tulisan ini.


35 views0 comments

Recent Posts

See All
Post: Blog2_Post
bottom of page